Ide Mendikbud Muhadjir biar guru pensiun tetap mengajar dinilai konyol. |
"Ini wangsit yang sangat konyol. Daripada merekrut guru pensiun, lebih baik angkat itu guru honorer yang nyata-nyata sudah mengabdi di depan mata. Saya perhatikan Mendikbud ini suka mengeluarkan kebijakan blunder. Kalau enggak sanggup mengatasi kasus pendidikan lebih baik mundur saja jadi menteri daripada bikin galau guru terus," kata Andi Asrun, pengacara guru honorer yang Sekolah Dasar.Net kutip dari JPNN (09/01/19).
Rencana para guru pensiunan bakal bertugas hingga ada guru pengganti yang diangkat oleh pemerintah, juga menerima balasan PGRI Jatim. Ketua PGRI Jatim Ichwan Sumadi mengatakan, perekrutan kembali guru yang pensiun dinilai tidak bijak. Tenaga pengajar yang sudah pensiun, tutur dia, sudah waktunya istirahat dan menikmati masa pensiun.
Pemerintah diminta serius memikirkan duduk kasus kekurangan guru. Diberharap pemerintah mempunyai kepekaan terhadap guru honorer. Mereka sudah mengabdi sangat lama. Komitmennya sebagai guru sudah sangat teruji sehingga layak diangkat sebagai CPNS. Sehingga sanggup menjadi salah satu upaya mengatasi jumlah guru PNS yang kurang.
Pihaknya menyayangkan guru pensiun tidak segera diisi atau diganti baru. Di sisi lain, masuknya guru honorer untuk mengisi kekurangan guru juga kurang menerima balasan positif. Menurutnya, kalau sama-sama diisi guru usia tua, pihaknya lebih setuju bila kekurangan guru diisi guru honorer yang sudah usang mengabdi. Bukan mengangkat guru pensiun.
"Guru pensiun tidak diganti. Honorer masuk disalahkan," kata Sumadi yang kutip dari JPNN (09/01/19).
Baca: Apakah Gaji Guru Pengaruhi Kualitas Pendidikan?
Menurut Ichwan, nasib para guru honorer atau guru tidak tetap (GTT) yang mencapai 11 ribu di Jatim patut diperjuangkan. Selain sudah usang mengabdi, belum semua guru honorer menerima honor yang layak. Dia membeberkan, hanya ada beberapa kawasan di Jatim yang "ramah" terhadap GTT. Hal itu ditandai dengan honor yang sudah setara UMK.
Advertisement